Rabu, 15 April 2009

IKLAN PARPOL

Sejak masa reformasi 1998, ajang pemilihan umum adalah masa panen bagi media massa untuk beroleh pendapatan dari iklan.

Menurut perkiraan sebuah lembaga pemeringkat, iklan politik naik jumlahnya dari Rp 400 miliar pada Tahun 2004 menjadi Rp 800 miliar pada tahun ini.

Dan ditengah situasi krisis, sejumlah media mengakui iklan politik menjadi penyelamat pendapatan mereka.

Salah satu partai politik yang aktif menggunakan iklan TV adalah Gerindra, yang merupakan partai politik baru dengan figur Prabowo Subianto.

Humas Gerindra, Haryanto Taslam, mengatakan partainya menghabiskan 30% anggaran partai untuk beriklan, namun menolak menyebut berapa jumlahnya.

"Budget iklannya masih jauh di bawah iklan-iklan yang dilakukan oleh partai lain. Durasinya kan tidak banyak," tuturnya.

Dengan bantuan iklan rutin di sejumlah media, bisa dikatakan hampir semua orang mengenal partai berlambang kepala garuda itu.

Belum tentu stasiun TV yang menjual cost murah namun pemirsanya sedikit langsung akan dibeli karena jatuhnya per kepala akan lebih mahal
Gilang Iskandar

Demokrat terbesar

Gerindra memang menggunakan hampir semua stasiun televisi nasional untuk beriklan dengan sangat gencar.

Saking gencarnya, Stasiun TV RCTI dan SCTV, pernah mendapat teguran resmi dari Komisi Penyiaran Indonesia, KPI, karena menyiarkan iklan Gerindra melebihi batas maksimum durasi.

Tadinya, UU Pemilu sempat membatasi pemasangan iklan kampanye di televisi dalam sehari maksimal 6 menit, yang masing-masing terdiri dari 10 spot dengan durasi 30 detik.

Namun setelah keputusan Mahkamah Konstitusi bulan lalu, kini setiap partai bebas memasang iklan sesuai dengan kemampuan dana mereka.

Menurut catatan Lembaga pemeringkat media, AGB Nielsen Media Research, sejak Januari lalu Partai Demokrat adalah partai yang paling banyak beriklan di televisi untuk kampanye.

Partai yang mengusung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu menggunakan dana iklan lebih dari Rp 51 miliar.

TV
Media TV dianggap paling efektif dalam menjangkau khalayak

Yang kedua adalah Partai Golkar dengan dana Rp 48 milyar, Gerindra sebanyak Rp 45 miliar, PKS sebesar Rp 18 miliar sedangkan PDI Perjuangan sekitar Rp 10 milyar lebih.

Menjangkau luas

Itu baru di televisi, padahal perang iklan partai politik juga gencar berlangsung di media cetak, internet, dan radio.

Memang media TV masih diyakini sebagai sarana iklan paling ampuh untuk menjangkau khalayak penonton, meskipun tarifnya sangat mahal, antara Rp. 7 juta hingga Rp 20 juta untuk satu kali tayang berdurasi 30 detik.

Dan dari 10 stasiun televisi nasional, RCTI adalah peraup iklan terbanyak dengan total perolehan di atas Rp 20 milyar dalam 3 bulan terakhir.

Sekretaris Perusahaan RCTI, Gilang Iskandar, menjelaskan iklan di RCTI diminati partai karena bisa menjangkau sekitar 180 juta pemirsa di seluruh Indonesia.

"Faktanya memang RCTI memiliki jangkauan siaran yang paling luas, jadi memang hitungannya adalah yang disebut iklan per kepala. Belum tentu stasiun TV yang menjual cost murah namun pemirsanya sedikit langsung akan dibeli karena jatuhnya per kepala akan lebih mahal," jelasnya.

Iklan kontroversial

Jadi bukan menghantam pasar kayak sistem pemasaran Jepang. Kami tidak punya uang untuk itu
Tiffatul Sembiring

Kalau partai memiliki anggaran yang tidak seberapa seberapa besar untuk iklan, lantas bagaimana nasib kampanye?

PKS, misalnya, berupaya mengakali terbatasnya dana iklan kampanye dengan memajang iklan yang kontroversial, seperti dituturkan Presidennya, Tifatul Sembiring.

"Dibuat yang agak menggelitik, seperti kliping-kliping koran yang kami kumpulkan disebut mengadu domba. Padahal itu kliping koran yang sudah diterbitkan Kompas, Tempo, dan Republika."

"Jadi bukan menghantam pasar kayak sistem pemasaran Jepang. Kami tidak punya uang untuk itu."

AGB Nielsen memperkirakan iklan politik pemilu naik 100% dibanding Tahun 2004 menjadi Rp 800 milyar.

Dan setelah kampanye pemilihan anggota legislatif selesai, iklan politik masih akan berlanjut untuk kampanye pemilihan presiden, dengan perkiraan jumlah belanja iklan politik akan lebih tinggi.

Tentu saja masih ada lagi belanja iklan untuk pemilihan presiden tahap kedua, yang diperkirakan banyak pihak akan terjadi lagi dalam pemilu kali ini.

Artinya di tengah krisis global --ketika banyak media di negara lain kesulitan mendapat pemasukan iklan-- media di Indonesia justru menarik nafas lega, paling tidak untuk sementara waktu.

Rabu, 11 Februari 2009

opini

Indonesia adalah negara demokrasi.Ahir-akhir ini di Indonesia banyak terjadi demo besar-besaran dimana-mana.Mereka demo dengan tindakan anarkis dan pendemo tidak memberikan cara penyelesain mereka hanya menuntut dan para pemerintah setempat tidak menemui para pendemo untuk memberikan penjelasan tentang hal yang didemokan.Para pendemo tidak hanya ikut secara suka rela tapi ada juga yang dibayar.